Differentiated services and Integrated services

Dahh lama gak nulis dalam blog ini, al hasil blognya jadi sepi hehehhe 🙂

pembahasan ini di fokuskan pada QOS

Para networkers pasti tahu apa itu QoS. QoS itu bisa disebut manajemen traffik didalam suatu network. Manajemen ini dilakukan oleh perangkat network, seperti Router, switch, bridge, dan lain-lain. Secara general, QoS terbagi menjadi dua macam, Differentiated services and Integrated services. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, yang sampai sekarang belum bisa di tentukan manakah yang lebih baik. Untuk alasan praktis, orang banyak memilih Differentiated Service.

Apa itu Differentiated service? Dari namanya kita bisa tahu kalau QoS ini memberikan service yang berbeda-beda, tergantung dari kelas kastanya. Service ini diberikan kepada siapa? Service ini diberikan kepada setiap data traffik yang lewat, bukan per flow. Siapa yang memberikan service ini? tentu saja perangkat network yang telah dikonfigur untuk memberikan differentiated service. Service apa saja yang diberikan? bisa service prioritas untuk diproses, proses bandwidth yang bisa diambil dengan menyisihkan bandwidth data yang lain, proses dropping bila data melewati threshold tertentu. Jadi, router atau switch memberikan service prioritas, bandwidth kepada setiap data yang melewati perangkat tersebut.

Bagaimana caranya perangkat network membagi-bagi kelas untuk setiap data? Sebenarnya pembagian kelas itu ditentukan oleh administrator, apakah paket A memiliki kelas yang lebih tinggi daripada paket B. Nah, cara router mengetahui paket A itu memiliki kelas yang lebih tinggi dari paket B adalah dengan menggunakan valur DSCP (DiffServ Code Point).  DiffServ Code Point ini terdapat dalam IP header data. Setiap data yang memiliki DSCP yang lebih tinggi akan mendapat prioritas yang lebih tinggi pula di setiap router. Jadi, proses klasifikasi paket dilakukan hanya sekali pada border router dalam network cloud. Untuk kemudian, router kedua akan memproses paket tersebut berdasarkan DSCP value. Router kedua tidak perlu melakukan proses klasifikasi lagi, cukup diberitahukan untuk percaya kepada DSCP value yang diberikan router pertama. Dengan demikian core router tidak perlu lagi melakukan klasifikasi yang menuntut CPU dan memory overhead.

Dengan menggunakan DiffServ, setiap router diberi kebebasan untuk memperlakukan setiap paket yang lewat. Setiap router tidak perlu bergantung dari konfigurasi router disebelahnya. Walaupun ini adalah sebuah keuntungan, tetapi ini menjadi kelemahan juga.

Dengan setiap router diberi kebebasan untuk memperlakukan setiap paket yang lewat, maka perlakuan paket A di router milik ISP 1 akan berbeda apabila paket A melewati router milik ISP 2, karena bisa jadi kelas Gold di ISP 1 adalah kelas Perunggu di ISP 2.

http://tools.ietf.org/html/rfc2474